Jakarta, 30 Mei 2025 – Di balik gemerlap ekspor Indonesia yang mencapai USD 2,3 triliun selama masa jabatan Joko Widodo (2014–2024), sebuah skandal mengguncang: dugaan penyelundupan 5,3 juta ton bijih nikel ke Tiongkok antara 2020–2022. Ekonom senior Faisal Basri (alm), mengutip data International Trade Centre (ITC), mengungkapkan bahwa ekspor ilegal ini merugikan negara hingga Rp14,5 triliun dalam royalti dan bea keluar. Yang lebih mengejutkan, nama-nama besar seperti Bobby Nasution, menantu Jokowi, dan Airlangga Hartarto, eks-Menko Perekonomian, disebut-sebut terlibat.
Data ITC menunjukkan Tiongkok mengimpor bijih nikel dari Indonesia saat larangan ekspor berlaku sejak 2020, sementara Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nol ekspor. Faisal Basri, dalam podcast bersama Guru Gembul, menyebut informasi ini berasal dari KPK dan tim kejaksaan, dengan tudingan bahwa pejabat tinggi “bermain” di balik kebijakan hilirisasi Jokowi. “Kerugian negara bisa ratusan triliun,” katanya, memicu kemarahan publik.

Selama era Jokowi, ekspor nonmigas seperti minyak sawit, batubara, dan nikel olahan melonjak, menyumbang USD 217,24 miliar pada 2024 saja. Hilirisasi nikel menghasilkan nilai tambah 60 kali lipat, tetapi bayang-bayang korupsi tak pernah reda. KPK memperkirakan kerugian PNBP dari penyelundupan nikel mencapai Rp575 miliar, sementara pajak ekspor hanya menyumbang Rp300–400 triliun dalam satu dekade, jauh di bawah potensi.
Pakar hukum Abdul Fickar Hadjar mendesak KPK menyeret Bobby dan Airlangga ke meja hijau, mempertanyakan sikap “tutup mata” penegak hukum. Sementara itu, kebijakan larangan ekspor nikel, bauksit, dan tembaga yang digagas Jokowi menuai pujian, namun juga gugatan WTO dari Uni Eropa. Apakah keberhasilan hilirisasi hanya topeng untuk skandal triliunan? Publik menanti jawaban, sementara KPK bungkam hingga kini.
Discover more from LIDER-NEWS
Subscribe to get the latest posts sent to your email.