Dilema Demokrasi Saatnya Rakyat Menggugat Demokrasi Basa-Basi

Reading Time: 2 minutes


Pemilu seharusnya menjadi panggung rakyat dalam menentukan arah bangsa. Namun di Indonesia, demokrasi elektoral yang semestinya menjunjung tinggi kedaulatan rakyat justru sering kali berubah menjadi sekadar ritual lima tahunan yang kehilangan makna. Di balik gegap gempita “pesta demokrasi”, rakyat justru terpinggirkan oleh manuver kekuasaan elit yang haus kendali.

Pasca-Reformasi, harapan publik terhadap para aktivis dan pejuang demokrasi pun meredup. Mereka tak lagi menjadi pelita perubahan, melainkan justru kerap terjebak dalam pusaran politik praktis—menjadi alat legitimasi atau sekadar penggembira dalam arena “cawe-cawe” kekuasaan.

Ironisnya, praktik-praktik kotor dalam demokrasi elektoral semakin terbuka:

  • Politisasi identitas berbasis SARA,
  • Kriminalisasi terhadap lawan politik,
  • Maraknya penyebaran hoaks dan ujaran kebencian,
  • Intimidasi terhadap kelompok oposisi,
  • Ketidak netralan aparatur negara
  • Transaksi suara melalui politik uang dan manipulasi dokumen.

Semua ini menjadi luka menganga dalam tubuh demokrasi Indonesia. Pemimpin yang terpilih seringkali bukan karena kualitas dan integritas, melainkan karena kekuatan modal dan strategi licik. Akibatnya, kebijakan yang lahir lebih berpihak pada kepentingan elit dan investor ketimbang menjawab kebutuhan rakyat.

Jika praktik ini terus berlanjut, Indonesia tidak hanya akan gagal dalam membangun demokrasi substansial, tapi juga berada di ambang kehancuran sebagai negara hukum dan republik yang berdaulat.

Menuju Demokrasi Substansial, Bukan Demokrasi Seremonial

Kita membutuhkan perubahan mendasar:

  • Pemilu harus kembali menjadi arena pertarungan ide dan gagasan, bukan kekuatan uang.
  • Penyelenggara pemilu harus dijaga integritas dan netralitasnya.
  • Rakyat harus diberdayakan sebagai subjek utama, bukan sekadar objek yang dimobilisasi setiap lima tahun.

Demokrasi sejati adalah yang mampu menghadirkan keadilan, kesejahteraan, dan pengawasan terhadap kekuasaan. Oleh karena itu, sudah saatnya rakyat bangkit dan menggugat demokrasi basa-basi. Mari hentikan perayaan demokrasi palsu dan bangun komitmen baru: demokrasi yang mengabdi pada cita-cita konstitusi, bukan syahwat kekuasaan segelintir elit.


Discover more from LIDER-NEWS

Subscribe to get the latest posts sent to your email.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Discover more from LIDER-NEWS

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading